BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai
semenjak berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan
yang bermacam-macam seiring dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya. Beranekaragam peralatan sederhana dipergunakan
untuk membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang
kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang hewan hingga duri landak.
Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan
gigi adalah kayu siwak. Kayu ini walaupun tradisional, merupakan langkah
pertama transisi atau peralihan kepada sikat gigi modern dan merupakan alat
pembersih mulut terbaik hingga saat ini.
Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh
orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan
pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan
masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas,
seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak,
di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan
atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal
dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber
utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di
Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan
pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea)
digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia
sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica)
digunakan secara meluas di benua India.
Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam
berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran
agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh.
Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian
Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya
bukan karena (khawatir) akan memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan
mereka untuk bersiwak setiap akan shalat”.
Nabi memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah
penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu
menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya. Salah
satu petunjuk Nabi Muhammad SAW. dalam konteks ini adalah imbauan untuk
menggunakan siwak setiap kali hendak shalat (minimal lima kali dalam sehari).
Siwak adalah batang semak (pohon kecil- kecil) yang biasa dikenal dengan
istilah “arak”. Siwak yang paling baik kualitasnya adalah siwak yang dibuat
dari akar- akar pohon arak, sedangkan siwak yang dibuat dari cabang- cabang
pohon ara kualitasnya lebih rendah.
Imbauan bersiwak merupakan wujud
antusiasme Nabi agar menjaga kebersihan dan kesucian mulut dan gigi. Sebab,
mulut adalah pintu gerbang masuknya makanan ke dalam system pencernaan di dalam
tubuh manusia. Ketika seseorang mengunyah makana, maka pasti ada sisa- sisa makanan
yang tertinggal di sela-sela gigi dan gusi. Jika tidak dibersihkan, sisa- sisa
makanan ini bisa menbusuk dan menyebkan bakteri dan jamur yang sering menjadi
penyebab berbagai macam penyakit, di samping menyebabkan bau mulut yang tidak
sedap dan mengganggu orang lain.
Karena itu Nabi pun mengingatkan
dan berpesan agar umatnya rajin menggunakan siwak setiap kali hendak shalat
demi membersihkan mulut dan gigi dari berbagai sisa makanan, menghilangkan bau
yang tidak sedap, sehingga menghasilkan aroma mulut yang harum, merawat mulut
dan gigi, dan melindungi seluruh anggota tubuh dari penyakit yang diakibatkan
keduanya.
Dengan posisinya sebagai pintu
masuk makanan dan minuman serta keterkaitannya dengan organ tubuh bagian dalam,
mulut menjadi ruang tamu bermacam-macam kuman, yang kemudian bisa kita sebut
“genk kuman mulut”, antara lain : kuman botryoidal (bertandan), dan
kuman-kuman bulat streptococcus, staphylococcus, basil-basil laktat dan
basil-basil pencekik, dan lain sebagainya.
Kuman-kuman ini bekerja merusak dan
merapuhkan gigi, serta menciptakan bau tak sedap pada mulut, dan hal ini tidak
mengenakkan gigi. Selain itu, kuman-kuman ini juga membuat gigi busuk,
menggumpalkan amoniak di sekitar gigi sehingga menciptakan kerak- kerak di
dalamnya, serta menyebabkan infeksi gusi dan gusi bernanah.
Satu pernyataan penting dari suatu
pengamatan eksperimental adalah, bahwa karies gigi mempunyai spesifitas pada
bakteri, dimana potensi kariogenik terdapat pada golongan streptococcus mulut yang
secara kolektif disebut Streptococcus mutans. Data ilmiah mutakhir
menunjukkan bahwa organisme ini memulai sebagian besar kasus karies gigi pada
permukaan email. Streptococcus
mutans merupakan bakteri patogen pada mulut yang merupakan agen utama
penyebab timbulnya plak, gingivitis dan caries gigi. Bakteri
ini diujikan untuk melihat efektifitas lama perendaman kayu siwak
terhadap bakteri patogen
mulut.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan uji antibakterial lama perendaman kayu siwak (Salvadora persica) yang direndam dengan
menggunakan aquades. Hasil lama perendaman tersebut diuji dengan metode difusi
lempeng agar dengan mengukur diameter zona terang (Clear zone) yang mana hasil pengukuran merupakan respon
penghambatan pertumbuhan bakteri.
Maka
penelitian ini akan peneliti laksanakan pada Laboratorium IPA Biologi IAIN
Mataram dan juga sebagai penambah khasanah bagi bahan-bahan praktik dalam
praktikum mikrobiologi dalam acara uji antibakterial kayu siwak (Salvadora
persica) terhadap pertumbuhan bakteri patogen mulut (Streptococcus
mutans).
B.
Rumusan Masalah dan
Batasan Masalah
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari judul dan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
a.
Apakah ada pengaruh
lama perendaman kayu siwak (Salvadora persica) terhadap pertumbuhan
bakteri (Streptococcus mutans) ?
b.
Bagaimanakah hasil
penelitian ini dikembangkan sebagai kajian matakuliah mikrobiologi pendidikan
Biologi IAIN Mataram 2011/2012 ?
2.
Batasan Masalah
Berdasarkan objek yang akan diteliti,
maka untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini maka perlu ada batasan
masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Pengaruh yang digunakan
hanya terbatas pada perbedaan lama perendaman kayu siwak (Salvadora persica).
b.
Pengaruh perbedaan lama
perendaman kayu siwak (Salvadora persica) terhadap bakteri (Streptococcus
mutans) hanya terbatas pada diameter zona terang (Clear zone) yang
mana hasil pengukuran merupakan respon penghambat pertumbuhan bakteri.
C.
Tujuan Penelitian
Mengacu
pada rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Untuk mengetahui pengaruh
lama perendaman kayu siwak (Salvadora persica) terhadap pertumbuhan
bakteri (Streptococcus mutans) ?
2.
Untuk mengetahui hasil
penelitian ini bisa dikembangkan sebagai kajian matakuliah mikrobiologi
mahasiswa Pendidikan Biologi IAIN Mataram 2011/2012.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis.
a.
Manfaat Teoritis
1)
Dengan adanya
penelitian ini, diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya
di bidang pendidikan biologi.
2)
Informasi yang
diperoleh melalui penelitian ini, diharapkan dapat berguna sebagai kajian
matakuliah mikrobiologi.
3)
Dengan adanya
penelitian ini, diharapkan dapat menjadi suatu bahan rujukan atau acuan bagi
peneliti selanjutnya.
b.
Manfaat Praktis
1)
Dengan hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat sekitar,
khususnya mahasiswa pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram.
2)
Dari informasi yang
diperoleh melalui penelitian ini, diharapkan penggunaan kayu siwak sebagai
salah satu alternatif zat antibakterial yang dapat dikembangkan sebagai
komoditas oral cleaner device (alat
pembersih mulut) yang higinis dan efektif dalam mencegah periodontal disease dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa tidak hanya dengan pepsoden dan sikat
gigi buatan yang mampu mengobati penyakit yang timbul pada tubuh manusia
khususnya pada mulut dan gigi.
3)
Dengan data dari hasil
penelitian ini, dapat dijadikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti
guna dijadikan studi banding pada masa yang akan datang.
4)
Dengan hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para pemerhati selanjutnya, guna
menemukan inovasi-inovasi baru dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang
akan datang, sehingga dapat memberikan konstribusi dalam dunia science.
E.
Penegasan Istilah
Sekripsi yang peneliti
angkat, yakni berjudul “Pengaruh lama perendaman kayu siwak (Salvadora
persica) terhadap pertumbuhan bakteri (Streptococcus mutans) dengan
metode difusi lempeng agar sebagai kajian matakuliah mikrobiologi mahasiswa
jurusan pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram tahun 2011/2012”. Supaya tidak
terjadi kesalahpahaman terhadap istilah yang terdapat dalam judul penelitian
ini, maka berikut akan dijelaskan secara terperinci mengenai istilah- istilah
yang digunakan pada judul sebagai berikut :
1.
Pengaruh
Lama Perendaman
Daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda, dsb) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
Pada penelitian ini digunakan 3 variasi lama perendaman kayu siwak, yakni
dengan lama 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Dengan adanya variari lama perendaman kayu
siwak ini akan dibuktikan apakah ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan
mikroorganisme. Jadi yang dimaksud dengan pengaruh lama perendaman adalah
adanya daya yang ditimbulkan dari 3 variasi lama perendaman kayu siwak terhadap
penghambat pertumbuhan bakteri.
2.
Kayu
Siwak (Salvadora persica)
Siwak
adalah nama untuk dahan atau akar pohon yang digunakan untuk bersiwak.
Pendapat lain mengatakan siwak adalah batang semak (pohon-pohon kecil) yang
biasa dikenal dengan istilah “ara”. Pohon ini memiliki banyak cabang, berdaun
hijau kekuning-kuningan, serta berbunga dan berbuah kecil.
Siwak mengandung zat flourin yang mencegah gigi berlubang, juga mengandung
minyak wangi yang berbau harum, juga mengandung bahan kimia yang memutihkan
gigi, dan bahan penguat yang menguatkan gusi, serta antibiotik dalam bentuk
peptida.
3.
Pertumbuhan
Bakteri
Pertumbuhan
adalah peningkatan jumlah semua komponen dari suatu organisme secara teratur,
yakni perkembangbiakan sel akibat pertumbuhan, dalam organisme unisel,
pertumbuhan mengakibatkan peningkatan jumlah individu yang merupakan anggota
suatu populasi atau biakan.
Ahli lain mengatakan bahwa pertumbuhan bakteri adalah pertambahan teratur semua
komponen suatu organisme.
4.
Bakteri
Streptococcus mutans
Streptococcus
adalah bakteri kokus yang membelah dalam satu bidang dan tidak memisahkan diri
sehingga berbentuk rantai.
Sedangkan Streptococcus mutans merupakan
bakteri patogen pada rongga mulut yang mempunyai peran penting pada terjadinya
karies gigi. Karies
gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus
mutans dan spesies Streptococcus lainnya
pada permukaan gigi. Spesies Streptococcus
ini mampu menempel pada permukaan gigi.
5.
Metode
Difusi Lempeng Agar
Untuk menguji kekuatan
desinfektan dalam menghambat pertumbuhan mikroba dapat digunakan cakram kertas
(paper disk). Pada kertas cakram ini
dibasahi dengan desinpekta, kemudian diletakkan pada lempengan agar yang telah
diinokulasi mikroba. Bila desinfektan menghambat pertumbuhan mikroba, maka akan
terlihat zona (daerah) jernih di sekeliling cakram kertas atau juga dinamakan
zona hambat. Luas daerah terang ini menjadi ukuran kekuatan daya kerja
desinfektan.
6.
Kajian
Matakuliah
Hasil dari penelitian ini akan dijadikan sumber belajar, adapun
yang dimaksud sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu
yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai
tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kayu Siwak (Salvadora persica)
1. Morfologi Pohon Siwak
Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdaun hijau kekuning-kuningan, serta berbunga dan berbuah kecil. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Bagian yang digunakan untuk bersiwak ialah akar bagian dalamnya. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.
Pohon arak (Salvadora persica) termasuk klasifikasi tumbuhan semak belukar yang memiliki batang mirip pohon, bentuknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bentuk pohon, dan batangnya tidak berkayu sejati. Dari pengklasifikasian jenis tumbuhan kayu siwak atau pohon arak di atas dapat kita ketahui klasifikasinya sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Family : Salvadoraceae
Genus : Salvadora
Spesies : Salvadora persica
Gambar 1. Satu Pohon Siwakhttp://rifafreedom.wordpress.com.jpg
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Jadi siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa. Selain itu, batang siwak memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, bahkan batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara pas untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dan dapat menghilangkan plak pada gigi. Bentuk batang siwak dapat dilihat pada gambar 2 Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.
Gambar 2. Seikat akar pohon arak http//:cetraline.wordpress.com.jpg
2. Kandungan Kimia Kayu Siwak
Berdasarkan analisis kimiawi menurut M. Nizar ad- Daqqar bahwa, kayu siwak mengandung beberapa zat kimia sebagai berikut :
a. Siwak terbukti secara klinis memiliki daya pengaruh yang kuat untuk menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam mulut. Hal ini disebabkan adanya zat sulfur yang terkandung di dalam setiap batang siwak.
b. Zat traemisil amino dapat menurunkan basis endrogen yang merupakan factor terpenting penyebab perkembangbiakan kuman di dalam mulut. Dengan demikian, peluang tumbuh kembang kuman pun menjadi berkurang.
c. Siwak mengandung vitamin C dan zat sytoserol. Kedua kandungan ini sangat dibutuhkan dalam memperkuat pembuluh darah yang menyalurkan darah ke gusi. Dengan demikian, darah dapat mencapai gusi dengan jumlah memadai, di samping pentingnya vitamin C dalam menjaga gusi dari sariawan.
d. Siwak mengandung zat resinous yang berfungsi menguatkan gusi.
e. Siwak mengandung zat chloride dan silicon sebagai zat yang dikenal dapat memutihkan gigi.
Penelitian terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :
a. Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.
b. Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
c. Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
d. Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.
e. Anti decay agent (zat anti pembusukan) yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
B. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisik dan kimia. Pengendalian dapat berupa pembasmian dan penghambatan populasi mikroorganisme. Zat antimikrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.
Kemampuan mikroba untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroba-makana-manusia. Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan dengan penambahan ukuran, jumlah bobot, masa dan banyak parameter lainnya dari suatu bentuk hidup. Faktor pertumbuhan adalah suatu senyawa organik yang harus ada dalam sel, agar sel dapat tumbuh, tetapi sel tersebut tidak dapat mensintesisnya.
1. Nutrisi
Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen, yaitu elemen-elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah banyak, meliputi karbon (C), oksigen (O), hidrogen (H), nitrogen (N), sulfur (S), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan besi (Fe). Sedangkan mikroelemen meliputi mangan (Mn), Zinc (Zn), kobalt (Co), molibdenum (Mo), nikel (Ni), dan tembaga (Cu).
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri sangat tergantung pada kemampuan bakteri dalam memindahkan bahan makanan yang berada di sekitarnya ke dalam sitoplasma.
a. Pengambilan bahan makanan secara aktif adalah pengambilan bahan makanan yang menggunakan sistem pembawa (carrier), adengan menggunakan pembawa periplasmic binding protein yang biasanya terjadi pada bakteri gram negatif.
b. Pengambilan bahan makanan secara pasif biasanya menggunakan fasilitas forin dan maltose channel.
c. Pengambilan bahan makanan dengan cara difusi hanya terjadi pada bahan makanan dengan ukuran berat molekul kecil dan terjadinya difusi tersebut karena adanya perbedaan tekanan osmosis di dalam dengan di luar sel. Sedangkan bahan makanan dengan ukuran besar pengambilannya dilakukan secara aktif dan untuk keperluan tersebut diperlukan adanya peranan eksoenzim, yang oleh bakteri dilepaskan ke lingkungan sekitarnya untuk memecah bahan makanan sedemikian rupa sehingga bahan makanan tersebut dapat masuk ke dalam sel.
2. Waktu
Bila suatu mikroorganisme diinokulasikan kedalam medium yang sesuai dan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya, maka terjadi jumlah kenaikan yang sangat tinggi dalam waktu yang relatif pendek. Pada beberapa spesies, populasi (panel sel terbanyak yang dapat diperoleh) tercpai dalam waktu 24 jam, populasinya dapat mencapai 10 samapai 15 milyar sel bakteri per milimeter. Pernbanyakan inidisebabkan oleh pembelahan sel secara aseksual.
Apabila bakteri ditanam pada medium perbenihan yang sesuai dan pada waktu-waktu tertentu diobservasi (dihitung jumlah bakteri yang hidup), pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dapat digambarkan dengan sebuah gerafik.
Gambar 3. Fase-fase pertumbuhan mikroorganisme
a. Fase lambat (lag fase)
b. Fase log (log fase)
c. Fase tetap (stationary phase)
d. Fase menurun (declain phase)
e. Fase mati (death phase)
3. Suhu
Masing-masing jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum, dan maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini di sebabkan di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim.
Pembagian mikroorganisme berdasarkan kisaran temperatur tubuh.
Psikrofil Psikrofil fakultatif/ Psikotrof Mesofil Termofil
Tumbuh pada temperatur maksimal 200C, optimal 0-150C Tumbuh pada temperatur maksimal 300C, optimal 20-300C, dapat tumbuh pada 00C Tumbuh pada temperatur maksimal 15-200C, optimal 20-450C Tumbuh pada temperatur maksimal 450C, optimal 55-650C, maksimal 1000C
4. Tekanan Osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma mengkerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta menyebabkan sel secara metabolik tidak aktif. Air atau H2O merupakan bahan yang amat penting bagi pertumbuhan bakteri karena 80%-90% bakteri tersusun atas air. Organisme yang membutuhkan kosentrasi garam tinggi dinamakan halofilik, sedangkan yang membutuhkan tekanan osmosis tinggi dinamakan osmofilik. Sebagian besar bakteri sanggup menahan tekanan osmosis luar dan kuat ion yang sangat bervariasi karena mereka mampu mengatur osmolitas internal dan kosentrasi ion.
5. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan indikasi kosentrasi ion hidrogen. Peningkatan dan penurunan kosentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan ionisasi gugus-gugus dalam protein, amino, dan karboksilat. Hal ini dapat menyebakan denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel.
Sebagian besar organisme memiliki rentang pH optimal yang cukup sempit. Penentuan pH optimal untuk tiap spesies harus ditentukan secara empirik. Sebagian besar organisme (neutrofil) tumbuh baik pada pH 6,0-8,0, meskipun ada pula (asidofil) yang memiliki pH optimal 3,0 dan yang lain (alkalofil) memiliki pH optimal 10,5. Mikroorganisme mengatur pH internalnya terhadap rentang nilai pH ekternal yang cukup luas. Organisme asidofil mempertahankan pH internal kira-kira 6,5, dengan pH eksternalnya berkisar antara 1,0-5,0. Organisme neurofil mempertahankan pH internal kira-kira 7,5 dengan pH eksternal sekitar 5,5-8,5. Organisme alkalofil mempertahankan pH internal kira-kira 9,5 dengan pH eksternal 9,0-11,0. pH internal diatur oleh rangkaian sistem pengangkutan proton dalam selaput sitoplasma, termasuk pompa proton berpenggerak ATP primer dan penukar Na+/H+. Sistem pertukaran K+/H+ diduga juga ikut mengatur pH internal pada organisme neutrofil.
6. Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal mikroorganisme yang bersifat aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernapas, sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen untuk bernapas. Adanya oksigen pada mikroorganisme anaerob justru akan menghambat pertumbuhannya. Energi pada mikroorganisme anaerob dihasilkan dengan cara fermentasi.
Ketersediaan oksigen mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme bakteri. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, organisme dikelompokkan menjadi 5 kelompok:
a. Aerob obligatif, hanya dapat tumbuh bila terdapat persediaan oksigen banyak.
b. Anaerob obligatif, mikroorganisme yang termasuk golongan ini tidak membutuhkan oksigen bebas, bahkan jika kontak dengan oksigen akan mengakibatkan penghambatan atau kematian organisme tersebut.
c. Aerob fakultatif, tumbuh baik jika oksigen cukup, tetapi juga dapat tumbuh secara anaerob. Anaerob fakultatif, tumbuh sangat baik jika tidak ada oksigen, tetapi dapat juga tumbuh secara anerob.
d. Mikroaerofil, organisme dari golongan ini mati atau terhambat pertumbuhannya oleh tegangan oksigen penuh. Pertumbuhan terbaik bagi organisme ini ialah pada konsentrasi oksigen terbatas.
e. Indiferen, ialah organiosme yang tidak membutuhkan O2 bebas ataupun terhambat olehnya, kecuali dalam keadaan tertentu.
C. Bakteri Streptococcus mutans
1. Morfologi Streptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yakni, kelompok bakteri yang mempertahankan zat warna ungu, tidak tercuci oleh alkohol 96%, menyebabkan protein pada dinding sel mengalami denaturasi sehingga pori-pori mengecil dan kompleks ungu Kristal iodine tetap terperangkap pada dinding sel. Bakteri ini bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri anaerob yakni bakteri yang tidak menggunakan oksigen untuk pertumbuhannya, energi berasal dari reaksi fermentasi, dan tidak tumbuh pada permukaan medium padat pada lingkungan udara biasa. Memiliki bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai selama masa pertumbuhannya. Bakteri ini tersebar luas di alam. Beberapa di antaranya merupakan anggota flora normal pada manusia.
2. Klasifikasi Streptococcus mutans
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
Gambar 3. Bakteri Sterptococcus mutans http://www.britannica.cmo.jpg
3. Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Streptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan bakteri rongga mulut yang mempunyai peran penting pada terjadinya karies gigi. Bakteri ini mampu memproduksi glukosil trasferase (GTF) yang mengubah sukrosa menjadi glukan. Glukan yang terbentuk merupakan massa yang menyerupai lumpur, pekat, tidak larut, dan bersifat lengket, yang kemudian membentuk plak. Plak ini yang merupakan cikal bakal terjadinya karies gigi.
Karies gigi adalah suatu kerusakan gigi yang dimulai pada permukaan gigi dan berkembanag kearah dalam. Karies terjadi pada daerah permukaan gigi dimana air liur, sisa makanan, dan plak bakteri berkumpul pada bagian servikal gigi. Mula-mula permukaan email, yang keseluruhannya nonseluler, mengalami demineralisasi. Hal ini terjadi akibat pengaruh asam hasil peragian bakteri. Langkah pertama yang penting pada karies gigi adalah pembentukan plak pada permukaan email yang keras dan halus. Plak ini terutama terdiri atas endapan glatin dan glukan yang mempunyai berat molekul besar, disini bakteri penghasil asam melekat pada email. Langkah kedua yang penting pada pembentukan karies gigi adalah pembentukan sejumlah besar asam (pH 5,0) dari karbohidrat oleh Streptococcus dalam plak. Kosentrasi asam yang tinggi mengakibatkan demineralisasi email yang berdekatan dan menimbulkan karies.
Beberapa hal yang menyebabkan karies gigi bertambah parah adalah seperti gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya. Setelah memakan sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi. Walaupun, banyak bakteri lain yang juga melekat, hanya Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan rongga atau lubang pada gigi.
D. Metode Uji Antibakteria
Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujia. Dalam hal ini mikroorganisme digunakan sebagai penentu kosentrasi pada campuran bahan kimia, untuk mendiagnosis penyakit tertentu, serta untuk menguji bahan kimia guna menentukan potensi mutagenik atau karsiogenik suatu bahan. Aktivitas antimikroba terhadap obat-obatan dapat diukur dengan cara in vitro untuk menentukan (1) potensi zat antimikroba dalam larutan, (2) kosentrasinya dalam cairan tubuh dan jaringan, dan (3) kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada kosentrasi tertentu. Penentuan nilai-nilainya dapat dilakukan dengan dua metode yakni, metode pengenceran dan metode difusi, namun pada penelitian ini akan digunakan satu metode yakni metode difusi.
Metode difusi adalah cakram kertas saring, cawan yang berliang renik, atau silinder tidak beralas, yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada pembenihan padat yang telah ditanami dengan biakan tebal organisme yang diperiksa. Setelah pengeraman, garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organism yang diperiksa. Pendapat lain mengatakan cara difusi cakram menurut metode Kirby Bauer, yaitu dengan cara membandingkan diameter dari area jernih (zona hambatan) disekitar cakram dengan table standar yang dibuat oleh NCCLS (‘National Committee for Clinical Laboratory Standard’). Dengan table NCCLS ini dapat diketahui criteria sensitif, sensitif intermediet dan resisten.
Tabel respon hambatan pertumbuhan bakteri sebagai berikut :
Diameter Zona terang Respon hambatan pertumbuhan
…> 20 mm kuat
16-20 mm sedang
10-15 mm lemah
…<> tidak ada
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ukuran zona penghambatan dan harus dikontrol adalah : (a) Konsentrasi mikroba pada permukaan medium, semakin tinggi konsentrasi mikroba maka zona penghambatan akan semakin kecil. (b) Kedalaman medium pada cawan petri, semakin tebal medium pada cawan petri maka zona penghambatan akan semakin kecil. (c) Nilai pH dari medium, beberapa antibiotika bekerja dengan baik pada kondisi asam dan basa. (d) Kondisi aerob dan anaerob, beberapa antibakterial kerja terbaiknya pada kondisi aerob dan yang lainnya pada kondisi aerob.
Metode uji antimikrobial yang sering digunakan adalah metode Difusi Lempeng Agar. Uji ini dilakukan pada permukaan medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring yang berbentuk cakram yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona penghambatan diukur. Hambatan akan tampak sebagai daerah yang tidak memperlihatkan pertumbuhan kuman disekitar cakram. Lebar daerah hambatan ini tergantung ada daya serap obat kedalam agar dan kepekaan kuman terhadap obat tersebut.
E. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar (Learning Resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Pendapat lain menyatakan bahwa segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses atau aktifitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, di luar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung adalah disebut sebagai sumber belajar.
2. Fungsi Sumber Belajar
a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual dengan cara mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian.
d. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan meningkatkan kemampuan sumber belajar dan penyajian informasi dan bahan secara lebih konkrit.
e. Memungkinkan belajar secara seketika yaitu mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit dan memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.
3. Jenis-jenis Sumber Belajar
Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas belajar bagi siswa. Association of Education Communication Technologi mengklasifikasikan sumber belajar yaitu:
a. Pesan yaitu informasi atau ajaran yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi atau bahan yang diajarkan kepada peserta didik.
b. Orang yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini adalah guru atau dosen, tutor, dan peserta didik.
c. Bahan atau Material yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat atau perangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori matrial, seperti transportasi, slide, film, audio, video,modul, majalah, buku dan sebagainya.
d. Alat atau device yaitu sesuatu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya, overhead proyektor, slide, video, tape recorder, pesawat radio.
e. Teknik yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapakan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang lingkungan untuk menyampaikan pesan. Misalya, pengajaran berprogam, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA.
f. Lingkungan yaitu situasi atau suasana sekitar dimana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik; ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan dan sebagainya. Juga lingkungan non fisik; misalnya suasana belajar itu sendiri diantaranya; tenang, ramai, lelah, dan sebagainya.
Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sumber belajar yang dirancang yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah: Buku pelajaran, modul, program audio, LKS, transparansi.
b. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan, yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.
F. Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
HO : Tidak ada pengaruh lama perendaman kayu siwak (Salvodora persica) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan metode difusi lempeng agar.
HI : Ada pengaruh lama perendaman kayu siwak (Salvodora persica) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan metode difusi lempeng agar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar